Konsep Bisnis Online dan Menjadi Nomor 1

Grafik Investasi


Artikel kali ini benar-benar saya copas sepenuhnya karena menurut saya betapa penting hal ini perlu diketahui oleh siapa saja yang ingin berbisnis dalam sekala besar. Artikel ini tentang bagaimana tokpedia di mulai dan apa rencana mereka di masa depan dari sudut pandang  lain.

Inilah apa yang diceritakan oleh CEO Tokopedia

Mengapa Tokopedia Gratis?

Pada tulisan kali ini saya ingin menjelaskan tentang pertanyaan yang paling sering saya dapatkan, tentang “Mengapa Tokopedia Gratis?”

Untuk menjawab hal tersebut, saya harus menceritakan bagaimana internet mengubah hidup saya, yang menjadi alasan mengapa Tokopedia harus gratis.

Bagaimana Internet Mengubah Hidup Saya
Saya lahir dan besar di kota Pematangsiantar. Saat lulus SMU, pertama kalinya saya keluar dari Sumatera Utara, diberikan kesempatan oleh ayah dan paman saya untuk melanjutkan kuliah ke kota Jakarta. Naik kapal 4 hari 3 malam, excited sekali melihat kota Jakarta dan bisa kuliah di Universitas Bina Nusantara. Saat kuliah saya mencari pekerjaan sampingan, dan mulai semester 2 saya bekerja di warnet, mulai jam 9 malam hingga 9 pagi, hari Senin sampai Minggu. Ini adalah awal kisah saya berkenalan dan jatuh cinta dengan internet. Ketika internet masih terhitung mahal, saya bisa menggunakannya dengan gratis, bahkan dibayar. Sebuah “Blessing in disguise”.

Saat lulus, saya selalu ingin bekerja di perusahaan internet, namun perusahaan yang saya kagumi seperti Google belum memiliki kantor di Jakarta. Saya pun bekerja kantoran di beberapa perusahaan di industri pengembangan software.

Sampai di tahun 2007, ketika terbersit ide untuk membangun Tokopedia, saya mulai memiliki mimpi untuk membangun perusahaan internet sendiri. Namun, saat itu ayah saya divonis kanker, dan saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan saya, saya satu-satunya pencari nafkah di keluarga saya. Saya butuh modal besar untuk membangun Tokopedia, sepengetahuan saya banyak perusahaan teknologi besar bisa didirikan oleh anak-anak kuliah yang saya yakin tidak memiliki modal besar. Jadi pertanyaan utama saya saat itu adalah, “Mengapa Google dan Facebook yang saya pakai sehari-hari itu gratis? Dari mana uangnya?” Dari sana saya belajar tentang adanya pendanaan untuk startup company di negara-negara maju. Semua perusahaan besar yang saya kagumi tersebut mulai dari ide kecil, kerja keras yang didukung oleh pendanaan secara bertahap oleh pemodal ventura. Terinspirasi dari hal tersebut saya mulai mencari pemodalan.

Saya tidak kenal pemodal ventura manapun, jadi saya datang ke satu-satunya orang berduit yang saya kenal. Saya datang ke bos tempat saya bekerja, dan menceritakan ide Tokopedia, tentang Indonesia adalah negara kepulauan, dimana seringkali pembeli dan penjual yang tidak pernah bertemu satu-sama-lain. Di sinilah terjadi banyak celah penipuan online, sedangkan para penjual dan pembeli online butuh untuk bisa saling percaya. Saya juga menceritakan tentang banyaknya individu dan pemilik bisnis yang ingin berbisnis online namun punya keterbatasan dana, akses ke teknologi, mitra perbankan dan logistik, bahkan akses ke pasar, dan bagaimana marketplace mampu memecahkan masalah-masalah tersebut.

Bos saya berbaik hati memperkenalkan saya ke beberapa teman-temannya, pebisnis yang sudah banyak mengecap asam dan garam dalam dunia bisnis, para investor. Selama dua tahun, saya mencoba menyakinkan para investor untuk memberikan pemodalan awal, dan saya dapati bahwa membangun kepercayaan tersebut sangatlah sulit. Bombardir pertanyaan datang dari para investor, rata-rata hanya tentang masa lalu saya, “Dari keluarga mana?” “Kuliah dimana?”, “Pernah bisnis apa sebelumnya?”

Saya belajar bahwa sulit sekali untuk mendapatkan kepercayaan jika kita benar-benar mencoba memulai dari nol. Namun saya percaya sekali, walau masa lalu tidak lagi bisa kita ubah, masa depan ada di tangan kita sendiri.

Saya beruntung, pada akhirnya saya dan partner saya, Leon akhirnya diberikan sebuah tiket kepercayaan dan bisa mendirikan Tokopedia di tahun 2009. Belajar dari pengalaman tentang sulit nya mendapatkan kepercayaan, filosofi kami waktu itu adalah tidak perlu ada marketing jor-joran, seluruh dana investasi akan kami pakai untuk membangun tim, dan memastikan bahwa Tokopedia gratis, bisa dipakai oleh siapa saja di Indonesia baik untuk berjualan online maupun berbelanja online.

Model Bisnis Paling Indah di Dunia
Saya belajar banyak sekali di Tokopedia. Belajar percaya kepada diri sendiri ketika tidak ada yang percaya pada mimpi kita. Belajar berbahasa Inggris, dari yang awalnya tidak dimengerti sama-sekali oleh lawan bicara saya. Belajar berbicara di depan umum, dan menaklukkan jiwa introvert saya. Belajar untuk memimpin, dari yang awalnya ber-4 di saat launching, hingga 300-an Nakama saat tulisan ini dibuat. Setiap hari saya diberikan kesempatan untuk belajar dan terinspirasi dari orang-orang di sekitar hidup saya.

Setelah hampir 6 tahun menjalankan bisnis Tokopedia, saya semakin merasa beruntung sekaligus terinspirasi sekali ketika melihat dan menyaksikan bahwa Tokopedia tidak hanya mengubah hidup saya, namun mengubah hidup orang-orang di sekitar saya, terutama para pengguna situs Tokopedia. Saya terinspirasi sekali menyaksikan kisah-kisah dari para penjual Tokopedia. Mereka adalah ibu rumah tangga, pekerja kantoran, mahasiswa-mahasiswi, individu, hingga pemilik bisnis yang turut membangun lapangan pekerjaan di sekitar mereka.

Tokopedia berpotensi untuk membangun jutaan lapangan pekerjaan baru dengan banyaknya merchant yang bergabung, dan tumbuhnya bisnis kurir mengikuti derasnya paket-paket yang harus dikirim dari satu pulau ke pulau lainnya, dari satu kota ke kota lainnya, bahkan hingga ke desa-desa.

Bagi saya inilah bisnis model paling indah di dunia, karena Tokopedia hanya bisa sukses ketika kami berhasil membantu para pengguna kami menjadi lebih sukses. Itulah alasan mengapa kami terus mempertahankan konsep Tokopedia sebagai marketplace gratis, agar visi Tokopedia untuk “Membangun Indonesia lebih baik lewat internet” dapat lebih cepat tercapai. Dengan memberikan layanan dasar secara gratis, tidak ada barrier of entry untuk siapa saja yang ingin mencoba mengubah hidup mereka menjadi lebih baik lewat internet.

Q: Lantas dari mana uang-uang yang diperlukan untuk mendanai hal tersebut?

A: Kami beruntung setiap tahun kami berhasil mendapatkan modal pendanaan tambahan dari para pemodal ventura ternama dunia. Oktober 2014 kemarin, Tokopedia menjadi perusahaan internet pertama Indonesia yang mendapatkan pendanaan 100 juta dollar dari SoftBank dan Sequoia Capital. Pendanaan tersebut kami salurkan untuk memastikan Tokopedia tetap gratis, selain terus mengembangkan Tokopedia untuk menjadi perusahaan internet kelas dunia yang mampu memberikan pelayanan terbaik kepada para pelanggan kami.

Q: Apa benar Tokopedia gratis sepenuhnya?

A: Salah satu pendanaan yang harus kami lakukan untuk memastikan Tokopedia gratis adalah dalam melakukan subsidi untuk setiap transaksi di Tokopedia. Untuk para Toppers yang juga membangun situs sendiri pasti mengetahui bahwa sebenarnya ada biaya yang harus dibayarkan kepada pihak bank untuk setiap transaksi dengan menggunakan metode pembayaran tertentu. Tokopedia ingin mengedukasi bahwa internet bisa bermanfaat secara positif, dan kami melakukan subsidi untuk memastikan hampir semua metode pembayaran di Tokopedia sifatnya gratis, terkecuali kartu kredit.

Untuk kartu kredit, seluruh resiko harus ditanggung pemilik platform, dan biaya MDR yang menggunakan persentase yang nilainya cukup besar, tidak mampu kami subsidi sepenuhnya. Khusus metode pembayaran ini, kami tetap melakukan subsidi sebagian, dan sisanya kami berikan pilihan kepada pembeli. Jika ingin menggunakan kartu kredit, ada biaya administrasi untuk resiko yang harus kami tanggung tersebut. Namun di sisi penjual, tetap tanpa biaya tambahan untuk metode pembayaran apapun yang dilakukan.

Q: Darimana Tokopedia akan mendapatkan keuntungan?

Tokopedia telah menyediakan opsi Gold Merchant untuk merchant-merchant yang ingin menjadi sponsor Tokopedia, dengan biaya rendah per bulan, dan Tokopedia memberikan fitur-fitur yang sifatnya membantu para Gold Merchant menjadi lebih efisien. Selain itu kami juga telah memperkenalkan fitur TopAds untuk merchant-merchant yang ingin mendapatkan exposure tambahan.

Kami percaya pada sistem subsidi silang, yang mampu membantu yang belum mampu atau baru memulai. Sistem subsidi silang inilah yang akan kami terus pertahankan sebagai sumber penghasilan dan tetap memastikan ada bagian-bagian dari Tokopedia yang sifatnya gratis selamanya.

Q: Dari mana para pemodal ventura akan mendapatkan balik pemodalannya?

A: Ada pepatah, “Tidak ada makan siang yang gratis di dunia ini”. Dengan besarnya investasi yang terus digelontorkan para pemodal ventura dunia ke Tokopedia, “Apa sih harapan mereka?”, “Darimana mereka akan mendapatkan balik pemodalannya?”

SoftBank adalah pemodal di balik Alibaba. Mereka menaruh investasi 20 juta dollar dan memungkinkan Alibaba mengembangkan produk dan pasar. Saat ini investasi 20 juta dollar mereka bernilai lebih dari 50 milyar dollar, lebih dari 2.500 kali lipat dari modal awal mereka.

Sequoia Capital adalah pemodal di balik Apple, Google, Youtube, Instagram, WhatsApp. Sebanyak 20% dari bursa saham Nasdaq adalah portfolio mereka. Filosofi investasi mereka adalah ke perusahaan yang mampu membawa manfaat sebesar-besarnya ke orang banyak.

Satu hari nanti, jika Tokopedia mampu menjadi perusahaan internet kelas dunia, Tokopedia akan menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan secara terbuka. Para Toppers juga bisa memiliki Tokopedia. Saat itu pula nilai perusahaan Tokopedia diharapkan akan jauh diatas nilai ketika para investor memberikan pemodalan kepada Tokopedia. Dari sana lah keuntungan akan didapatkan oleh para pemodal ventura.

Q: Sampai kapan Tokopedia akan tetap gratis?

A: Belajar dari pengalaman saya bagaimana sulitnya membangun kepercayaan di awal, misi kami di Tokopedia adalah untuk terus berusaha memberikan kesempatan kepada setiap individu di Indonesia untuk memulai bisnis dengan mudah dan gratis di Tokopedia.

Kami sungguh percaya bahwa kami hanya bisa sukses jika kami membantu para pengguna Tokopedia menjadi lebih sukses, ketika kami dapat membantu banyak orang untuk membawa perubahan, baik bagi dirinya sendiri, keluarga, maupun orang lain di lingkungan sekitar mereka. Bagi kami, tidak ada model bisnis yang lebih indah dari ini.

Dari Tokopedia,
William Tanuwijaya

Sumber tokopedia.com Link artikel : https://www.tokopedia.com/blog/mengapa-tokopedia-gratis/
===================================================

Sedangkan tulisan dibawah ini untuk memahami bagaimana tujuan akhir dan rencana mereka di masa depan. 

Bagaimana Cara Tokopedia dan Bukalapak Meraih Keuntungan

Sebelum membuat artikel ini, saya pernah membaca sebuah artikel tentang bagaimana cara marketplace seperti tokopedia/bukalapak meraih keuntungan (profit), tetapi alih-alih mendapatkan jawaban, malah dibuat semakin bertanya-tanya. Artikel tersebut bicara panjang lebar tentang mengapa ini itu gratis dan sebagainya, dan ujung-ujungnya hanya menjawab mereka (tokopedia/bukalapak) mendapat pendanaan dari VC atau investor sehingga kita bisa terus menikmati layanan tersebut secara gratis.

Semua orang juga tahu mereka dapat uang dari investor, tapi yang jadi pertanyaan adalah gimana caranya mereka bisa meraih untung (profit) kalau bisnisnya digratisin terus, emang investor rela ngasih duit begitu aja buat user selamanya?

Jadi bagaimana caranya tokopedia/bukalapak meraih keuntungan?

Pertama perlu diingat bahwa sampai sekarang tokopedia/bukalapak BELUM meraih keuntungan sama sekali (defisit), artinya dari segi bisnis mereka belum bisa dibilang berhasil karena tidak ada profitnya. Namun mengapa mereka mau terus menjalankan bisnis ini kalau tidak ada untungnya? Jawabnya adalah untuk memonopoli/mengusai sistem perdagangan online di masa depan. Mungkin terdengar negatif jika dibilang monopoli, lebih tepatnya mereka ingin menjadi no. 1 di industri ini (e-commerce) sehingga nantinya semua orang akan menjadikan platform ini sebagai base/default untuk semua transaksi jual-beli online.


Disaat mereka menjadi no. 1 inilah baru mereka akan mulai mencari keuntungan/profit sebanyak-banyaknya. Begitu sebuah bisnis sudah menguasai pasar, maka profit hanyalah angka yang mudah dimainkan.

Begini saja saya ambil contoh, Anda pasti tahu beberapa bulan yang lalu ada kenaikan biaya administrasi dan jumlah saldo mengendap oleh sebuah bank no. 1 di negeri ini, jadi secara langsung saldo nasabah berkurang kira-kira sebesar Rp 50.000,- dan biaya administrasi naik dari Rp 13.000,-/bulan menjadi Rp 17.000,-/bulan. Bayangkan jika jumlah pemilik rekening bank tersebut ada 10 juta nasabah, berapa banyak profit yang dihasilkan (well, you do the math).

Lantas apakah para pemilik rekening akan berhenti menggunakan bank tersebut dan pindah menggunakan rekening bank lain? Tidak. Mengapa? Karena penggunanya sudah banyak, ATM-nya tersebar dimana-mana dan hampir semua sistem transaksi sudah terintegrasi dengan bank tersebut. Secara tidak langsung mereka sudah memonopoli/mengusai pasar Indonesia.

Lalu bagaimana dengan tokopedia dan bukalapak?

Siapa yang tahu seperti apa nantinya? Namun beberapa cara yang mereka lakukan untuk meraih keuntungan sudah dilakukan sejak lama seperti tokopedia yang menawarkan fitur gold merchant dan TopAds. Asal tahu saja biaya gold merchant tokopedia untuk 1 tahun adalah Rp 1.200.000,- (sekitar Rp 100.000,-/bulan) lebih mahal dari biaya membuat website setahun (tergantung jenis hostingnya). Bukalapak juga mencari keuntungan melalui iklan dan fitur Push/promote to top.

Namun jelas penghasilan tersebut tidak membuat mereka menjadi profitable, dalam tahap ini mereka masih terus mencari pendanaan sampai akhirnya IPO (masuk ke bursa saham). Walau di invest terus-terusan, sebuah bisnis harus menghasilkan uang dan mendapatkan keuntungan yang REAL. Disini kita hanya bisa menerka-nerka saja, mungkin setelah mereka menguasai pasar dan menjadi no. 1 mereka akan mulai mencari profit misalnya dengan iklan (display ads), atau mengenakan biaya transaksi escrow/rekber sebesar …% dari pembelian dan sebagainya.

Atau mungkin saja dengan sistem yang sekarang (gold merchant/iklan) mereka sudah bisa untung karena nantinya mereka tidak perlu lagi mengeluarkan biaya marketing seperti sekarang sebab semua orang sudah menggunakan platform mereka (menguasai industri).

Apakah tokopedia dan bukalapak pasti sukses (untung) nantinya?

Walaupun banyak media menggembar-gemborkan kesuksesan tokopedia dan bukalapak, apakah di masa depan mereka pasti sukses? Tidak ada yang tahu. Sama seperti kasus go-jek, grab bike, dan uber. Apakah mereka bisa untung nantinya (apa yang kita lihat sampai sekarang mereka ini hanya membuang-buang uang)? Who knows?

Loyalitas user di Indonesia masih perlu dipertanyakan. Mereka mudah sekali berpindah platform/layanan jika layanan lain menawarkan dengan harga yang lebih murah. Artinya bisnis ini hanya akan terus-terusan berperang promosi dan mereka yang memiliki dana terbanyaklah yang akan menang. Pada akhirnya hanya konsumen yang untung, namun bisnis itu sendiri tidak.

Bayangkan apakah sehat membuat bisnis marketplace dimana pengguna bisa menggunakan layanan dengan gratis (tanpa biaya rekber), diberi diskon & cashback, gratis pengiriman, dan promo-promo bakar uang lainnya?

Bagaimana jika dana mereka sudah habis, lalu muncul pemain baru dengan dana besar dan konsep serupa menawarkan harga/promosi yang lebih murah? Siapa yang tahu bagaimana nasib mereka nantinya? Apakah mereka akan menguasai pasar atau justru semua yang sudah mereka lakukan akan sia-sia begitu saja.

Jadi bagaimana nantinya tokopedia dan bukalapak akan meraih keuntungan?

Tidak ada yang tahu karena memang tidak ada tanda-tanda niat kedua bisnis tersebut mencari profit, mereka lebih mengincar customer dan pasar ketimbang profit, sehingga bisnis ini akan terus mencari pendanaan sampai betul-betul menguasai pasar Indonesia. Beberapa prediksi yang akan mereka lakukan jika akhirnya mereka berhasil menguasai pasar Indonesia adalah:

  • Mengenakan komisi …% untuk setiap transaksi
  • Memasang iklan display atau jenis iklan lainnya
  • Menekan biaya marketing karena sudah menguasai marketplace/e-commerce dalam negeri sehingga tinggal mengurus operasional. Jika sudah menguasai pasar, maka user yang rela mengeluarkan biaya untuk fitur premium (gold merchant/promote ads) pasti akan semakin banyak.
  • Dan lain-lain (Anda tebak sendiri)
Intinya monetize adalah hal yang sangat mudah jika mereka sudah menguasai pasar. Jadi tujuan mereka sekarang bukanlah profit melainkan menjadi yang nomor 1.

Sumber solusik.com Link artikel : http://solusik.com/cara-tokopedia-bukalapak-mendapat-untung/
===================================================

Yang menarik adalah, sebelum meraih profit JADILAH NOMOR 1