Bawang merah merupakan salah satu komoditi sayuran yang dapat mempengaruhi perekonomian di Indonesia. Terbukti ketika harga bawang merah naik, harga komoditas lain ikut naik bahkan komoditas non sayuran pun harganya ikut naik. Kenaikan harga ini tentu dapat mempengaruhi perekonomian nasional secara umum meskipun pengaruhnya tidak sebesar kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Selain digunakan sebagai bumbu masakan, bawang merah juga mempunyai manfaat bagi kesehatan tubuh bagi siapa yang mengkonsumsinya sebagai obat tradisional. Di dalamnya banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh. Aromanya yang menusuk dapat merangsang aliran darah, fungsi saraf, dan fungsi pernafasan sehingga dapat dijadikan alternatif pertolongan pertama untuk orang yang tidak sadarkan diri (pingsan).
Selain sebagai bumbu masak, bawang merah juga dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai obat bau mulut, obat jerawat, dan obat batuk. Karena manfaatnya ini, banyak orang yang membutuhkan bawang merah, bahkan kini budidaya bawang merah terus dikembangkan oleh para petani sayuran.
Banyak petani sayuran yang diuntungkan ketika harga bawang merah di pasaran cukup mahal, sebaliknya jika harga bawang merah turun, banyak petani yang rugi bahkan ada yang sampai gulung tikar. Hal ini tentu berbeda dengan konsumen, harga yang tinggi justru merugikan. Dalam kondisi ini tentu perlu turun tangan pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk menstabilkan harga bawang merah melalui kebijakan-kebijakan dan subsidi untuk menstabilkan perekonomian. Jangan sampai ada pihak yang dirugikan baik para petani ataupun masyarakat sebagai konsumen.
Di Jawa Barat tepatnya di Kabupaten Bandung, budidaya bawang merah banyak dikembangkan di Pangalengan dan di Kecamatan Kertasari. Para petani tertarik untuk membudidayakan tanaman bawang merah umumnya karena mengharapkan harga jual yang mahal ketika dipanen nanti. Tidak tanggung-tanggung banyak petani sayuran yang berani menanam bawang merah di lahan yang sangat luas (hektaran) meski dengan modal pemeliharaan yang cukup mahal. Selain bibit bawang, pupuk, pestisida, dan biaya pemeliharaan selama budidaya pun cukup mahal.
Berbeda dengan para petani cermat dan bijak, meskipun diprediksi harga bawang merah akan mahal ketika panen, mereka tidak menanami semua lahan yang dimiliki dengan bawang merah, tetapi membaginya menjadi beberapa komoditi sayuran seperti kentang, wortel, kubis, dan tomat. Ini dimaksudkan untuk meminimalisir kesalahan prediksi harga jual sehingga dapat terhindar dari kerugian fatal.
Para petani di kampung Cibeureum, Pajaten, Palered Kecamatan kertasari berharap agar pemerintah dapat memberikan bantuan berupa pupuk dan pestisida untuk memaksimalkan produksi pertanian.
Selain digunakan sebagai bumbu masakan, bawang merah juga mempunyai manfaat bagi kesehatan tubuh bagi siapa yang mengkonsumsinya sebagai obat tradisional. Di dalamnya banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh. Aromanya yang menusuk dapat merangsang aliran darah, fungsi saraf, dan fungsi pernafasan sehingga dapat dijadikan alternatif pertolongan pertama untuk orang yang tidak sadarkan diri (pingsan).
Selain sebagai bumbu masak, bawang merah juga dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai obat bau mulut, obat jerawat, dan obat batuk. Karena manfaatnya ini, banyak orang yang membutuhkan bawang merah, bahkan kini budidaya bawang merah terus dikembangkan oleh para petani sayuran.
Banyak petani sayuran yang diuntungkan ketika harga bawang merah di pasaran cukup mahal, sebaliknya jika harga bawang merah turun, banyak petani yang rugi bahkan ada yang sampai gulung tikar. Hal ini tentu berbeda dengan konsumen, harga yang tinggi justru merugikan. Dalam kondisi ini tentu perlu turun tangan pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk menstabilkan harga bawang merah melalui kebijakan-kebijakan dan subsidi untuk menstabilkan perekonomian. Jangan sampai ada pihak yang dirugikan baik para petani ataupun masyarakat sebagai konsumen.
Di Jawa Barat tepatnya di Kabupaten Bandung, budidaya bawang merah banyak dikembangkan di Pangalengan dan di Kecamatan Kertasari. Para petani tertarik untuk membudidayakan tanaman bawang merah umumnya karena mengharapkan harga jual yang mahal ketika dipanen nanti. Tidak tanggung-tanggung banyak petani sayuran yang berani menanam bawang merah di lahan yang sangat luas (hektaran) meski dengan modal pemeliharaan yang cukup mahal. Selain bibit bawang, pupuk, pestisida, dan biaya pemeliharaan selama budidaya pun cukup mahal.
Bawang merah siap dipasarkan |
Berbeda dengan para petani cermat dan bijak, meskipun diprediksi harga bawang merah akan mahal ketika panen, mereka tidak menanami semua lahan yang dimiliki dengan bawang merah, tetapi membaginya menjadi beberapa komoditi sayuran seperti kentang, wortel, kubis, dan tomat. Ini dimaksudkan untuk meminimalisir kesalahan prediksi harga jual sehingga dapat terhindar dari kerugian fatal.
Para petani di kampung Cibeureum, Pajaten, Palered Kecamatan kertasari berharap agar pemerintah dapat memberikan bantuan berupa pupuk dan pestisida untuk memaksimalkan produksi pertanian.